E-Commerce Indonesia Harus Punya Produk yang Unik
Jakarta,Cyberthreat.id - Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika (APTIKA) Semuel A Pangerapan mengatakan, e-commerce Indonesia harus mempunyai terobosan untuk menyediakan produk-produk yang unik dan berkualitas tinggi.
Hal itu disampaikan usai mendengar paparan hasil survei dari Alvara Research Center, sebuah lembaga riset yang berbasis di Indonesia, terkait pola dan perilaku kaum milenial di era digital, dalam hubungannya dengan kehadiran e-commerce yang sudah menjamur di Tanah Air.
Menurut Semmy, sapaan Semuel, produk seperti kain tenun, batik, serta Gitar, itu banyak digandrungi oleh market, khususnya, konsumen dari luar negeri. Ia manyarankan, supaya platform harus bisa menjadi "orangtua asuh" bagi para perajin lokal yang menjajakan barangnya di platform.
“Di zaman sekarang ini, sesuatu yang berbeda itu yang banyak dicari oleh konsumen. Sehingga, para penyedia platform harus menjadi 'orangtua asuh', yang mampu memberikan terobosan kepada pelaku UKM untuk menciptakan produk yang unik dan bernilai tinggi,” ujar Semmy di Jakarta, Selasa (9 Juli 2019).
Semmy menambahkan, pelaku e-commerce juga harus bisa mengenali kekuatan yang dimiliki sehingga itu akan menjadi dasar dalam pengembangan produk yang dijajakan. “Jangan takut untuk bersaing, kalau kita memiliki banyak inovasi untuk menciptakan produk-produk yang memiliki nilai tinggi,” tutur Semmy.
Momentum Pribumi Digital
Hasanudin Ali, CEO dan Founder Alvara Research, menambahkan, kaum milenial Indonesia adalah digital natives (pribumi digital) yang lebih memilih aplikasi e-commerce buatan Indonesia.
Dalam penggunaan aplkasi, tidak hanya aplikasi transportasi, tetapi baik itu aplikasi digital payment maupun pesan hotel, para milenial juga lebih memilih aplikasi seperti Traveloka, Tiket.com, OVO, dan GoPay.
“Momentum yang lebih memilih aplikasi e-commerce buatan Indonesia ini harus dijaga supaya Indonesia bisa menjadi pemain utama di era ekonomi digital. Apalagi berbagai outlook ekonomi menyebutkan bahwa potensi transaksi e-commerce di Indonesia sangat besar,” ujar Ali.
Berdasar data yang dimiliki, kata dia, pada 2020 transaksi e-commerce di Indonesia diperkirakan mencapai US$ 130 miliar atau setara Rp 1.700 triliun; naik tajam dibandingkan tahun 2016 dan 2013 yang sebesar US$ 20 miliar (Rp 261 triliun), US$ 8 miliar (Rp 104 triliun). Terlebih, Indonesia merupakan penyumbang empat unicorn dan berada di peringkat tujuh di dunia, mengalahkan negara maju seperti Perancis, Swiss, dan Israel.
“Dengan mencetak unicorn, Indonesia mulai bergerak dari hanya sekadar pasar menjadi pemain utama di ekonomi digital sehingga kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Bukan hanya itu, peningkatan ekonomi digital Indonesia oleh para e-commerce lokal juga dapat mencetak pemain baru. Pemain baru harus siap dengan inovasi yang menciptakan skalabilitas guna mengejar pertumbuhan yang cepat,” tegas Ali.