Israel Bentuk Tim untuk Selidiki Ekspor Spyware Pegasus

Alat peretas ponsel milik NSO Group | Foto: Becky Peterson/Business Insider

Cyberthreat.id – Israel membentuk tim antarkementerian untuk menyelidiki penjualan ekspor perangkat lunak spyware milik NSO Group yang diduga telah disalahgunakan. Selama ini Israel memang melakukan kerja sama dengan sejumlah klien pemerintah yang ingin memperkuat pertahanan sibernya.

Pemerintah Israel juga tak mempermasalahkan kerja sama itu karena tujuannya hanya satu yaitu untuk “melawan terorisme”. (Baca: Israel Setujui NSO Group Ekspor Spyware Pegasus)

NSO Group, perusahaan Israel yang memproduksi spyware Pegasus, menjual ke klien pemerintah yang diduga menyalahgunakan malware tersebut untuk mengawasi politisi, jurnalis, dan aktivis HAM.

Tim tersebut, menurut sumber anonim Reuters, Rabu (21 Juli 2021), dipimpin oleh Dewan Keamanan Nasional Israel yang memiliki bidang keahlian lebih luas ketimbang Kementerian Pertahanan—pengawas ekspor spyware.

"Kejadian ini di luar lingkup Kementerian Pertahanan," kata sumber pertama, mengacu pada potensi serangan balik diplomatik setelah laporan media terkemuka pekan ini tentang dugaan pelanggaran Pegasus di Prancis, Meksiko, India, Maroko, dan Irak.

Namun, sumber lain mengatakan, Dewan Keamanan Nasional Israel tidak terlibat, tapi yang melakukan penilaian ekspor itu ialah pejabat senior pertahanan, intelijen, dan diplomatik.

Salah satu sumber Israel meragukan bahwa pemerintah akan melakukan pembatasan ekspor Pegasus dan menilai langkah penyelidikan itu diambil karena mungkin untuk “mencari tahu apa yang terjadi, untuk melihat masalah ini dan mengambil pelajaran".

Mengomentari perkembangan tersebut, juru bicara NSO mengatakan, "Kami menyambut baik setiap keputusan yang dibuat oleh pemerintah Israel, dan kami yakin bahwa kegiatan perusahaan itu tanpa cacat," ujar NSO.

Investigasi global yang diterbitkan pada 18 Mei lalu oleh 17 organisasi media, yang dipimpin oleh kelompok jurnalisme nirlaba Forbidden Stories yang berbasis di Paris, menyebutkan, Pegasus telah digunakan dalam percobaan dan berhasil meretas smartphone milik jurnalis, pejabat pemerintah, dan aktivis hak asasi manusia.

NSO membantah laporam media, dan menyebutnya sebagai "penuh dengan asumsi yang salah dan teori yang tidak didukung". Menurut perusahaan, selama ini Pegasus diproduksi hanya untuk digunakan oleh badan intelijen dan penegak hukum pemerintah untuk memerangi terorisme dan kejahatan.

Pada Rabu lalu, Perdana Menteri Prancis Jean Castex juga mengatakan telah meminta penyelidikan terhadap Pegasus yang dipakai untuk menargetkan Presiden Emmanuel Macron. (Baca: Presiden Prancis Macron Ditarget Spyware Pegasus)

Sementara, Kepala Unit Intelijen Keuangan Meksiko, Santiago Nieto, membantah pemerintah saat ini menggunakan perangkat lunak tersebut.

Ia mengklaim, pemerintah saat ini “belum” meneken kontrak dengan perusahaan Pegasus, tapi memang di masa pemerintah sebelumnya telah melakukannya sebagai “taktik kontrol, intimidasi, dan manipulasi.”[]