WeChat Depak Puluhan Akun Pendukung LGBT

WeChat | Foto: freepik

Cyberthreat.id – Perusahaan media sosial China, WeChat, menghapus puluhan akun terkait LGBT yang dioperasikan oleh sejumlah mahasiswa. Akun-akun tersebut dinilai telah melanggar regulasi informasi di internet dan bisa memicu tindakan kekerasan terhadap konten gay online.

Anggota beberapa kelompok LGBT mengatakan bahwa akun mereka diblokir pada Selasa (6 Juli 2021) malam dan kemudian mendapati semua konten mereka telah dihapus, tulis Reuters, diakses Kamis (8 Juli).

“Mereka menyensor kami tanpa peringatan apa pun. Kami semua telah dihapus,” kata manajer akun sebuah grup yang menolak disebutkan namanya karena masalah yang sensitif.

Ketika sejumlah akun yang diblokir tersebut diakses, muncul peringatan dari WeChat bahwa grup tersebut telah melanggar peraturan tentang pengelolaan akun.

WeChat belum memberikan komentar terkait hal itu ketika dimintai tanggapan lewat email oleh Reuters.

Beberapa kali komunitas LGBT mendapat perlakuan sensor di internet. Di China, homoseksual dikategorikan sebagai “gangguan mental” (mental disorder) hingga 2001 sebelum akhirnya menjadi legal di negara tersebut. Namun, pada tahun ini, pengadilan setempat menguatkan tentang homoseksual sebagai “gangguan psikologis” (psychological disorder).

Baru-baru ini, Cyberspace Administration of China juga menekankan akan membersihkan internet China dan menindak media sosial yang dianggap bisa memberi pengaruh buruk kepada anak-anak di bawah umur.

Pada Mei lalu, kelompok mahasiswa pendukung LGBT melakukan pertemuan dengan pemerintah dan Partai Komunis di sebuah universitas yang dirahasiakan. Hadir dalam pertemuan itu Lida Pemuda Komunis China, departemen partai yang bertanggung jawab atas urusan kemahasiswaan, menurut tiga sumber Reuters.

Dalam pertemuan itu, kelompok mahasiswa pendukung LGBT ditanya apakah mereka anti-Partai atau anti-China, dan apakah dana mereka berasal dari luar negeri.

"Kami menjelaskan bahwa tugas edukasi LGBT kami hanya di dalam kampus," kata seorang mahasiswa.  “Setelah pertemuan kami di bulan Mei itu, kami dibubarkan."

Meski mereka tak dilarang secara langsung, kelompok mahasiswa LGBT itu memang tidak mendapatkan dukungan dari otoritas universitas.[]