Microsoft Ingatkan Serangan Siber Melonjak di Tengah Cara Kerja Baru
Cyberthreat.id – Microsoft, pengembang sistem operasi Windows, menjelaskan, saat ini langkah-langkah keamanan siber telah berubah secara mendasar karena serangan siber yang kian kompleks.
Microsoft mencatat peretas meluncurkan rata-rata 50 juta serangan kata sandi (password attack) setiap hari. Selain itu, serangan phishing, firmware, dan ransomware juga terus meningkat.
Pada tahun lalu, Microsoft mengklaim telah menggagalkan 30 miliar ancaman email dan saat ini secara aktif melacak 40 lebih aktor negara-bangsa yang aktif dan lebih dari 140 geng peretas yang diduga mewakili 20 negara.
Berdasarkan catatan Microsoft Defender Antivirus, tingkat serangan malware di Asia Pasifik telah meningkat selama 18 bulan terakhir, dengan rincian 23 persen di Australia, China (80 persen), India (15 persen), Jepang (16 persen), Selandia Baru (19 persen), dan Singapura (43 persen).
Sebagai bagian dari malware, tutur Microsoft, dalam periode sama, jumlah serangan ransomware juga meningkat 453 persen di Australia, China (463 persen), India (100 persen), Jepang (541 persen), Selandia Baru (825 persen), dan Singapura (296 persen).
Di tengah cara kerja baru, yang mengandalkan internet sehingga orang bisa bekerja jarak jauh dari rumah, Microsoft mewanti-wanti terhadap ancaman siber.
Oleh karena itu, kata Microsoft dalam siaran pers yang diterima, Selasa (18 Mei 2021), menyarankan sejumlah langkah pengamanan untuk mencegah insiden siber.
- Menggunakan fitur MFA
Multi-Factor Authentication (MFA) adalah pertahanan yang baik untuk melindungi diri dari serangan siber. Microsoft mengatakan, meski layanan produknya telah memiliki fitur MFA yang diaktifkan secara gratis, data pelanggan menunjukkan bahwa hanya 18 persen yang mengaktifkannya.
- Memanfaatkan keamanan yang lebih kuat di cloud
Manfaat cloud untuk kerja jarak jauh atau hybrid sangat banyak, dan Microsoft yakin bahwa akan ada migrasi cepat ke cloud selama enam hingga 12 bulan ke depan. Survei terbaru Microsoft terhadap mitra Microsoft Intelligent Security Association (MISA) menemukan bahwa 90 persen melaporkan bahwa pelanggan telah mempercepat perpindahan mereka ke cloud karena pandemi.
Memiliki postur cloud yang kuat juga memberikan tingkat keamanan yang tidak dapat dicapai oleh sebagian besar perusahaan sendiri. Serangan siber NOBELIUM baru-baru ini mengungkapkan bahwa sebagian besar serangan berasal dari lokal, sedangkan serangan melalui cloud sebagian besar tidak berhasil.
- Berinvestasi SDM dan keterampilan
Kurangnya profesional keamanan siber dan kurangnya keragaman dalam tim adalah dua masalah besar yang akan dimanfaatkan penyerang di tahun mendatang.
Sebanyak 91 persen dari mitra MISA Microsoft melaporkan lebih banyak permintaan ketika ketersediaan profesional keamanan siber. Kekurangan tenaga keamanan siber ini tidak hanya berarti posisi yang tidak terisi, tetapi juga terlalu banyak pekerjaan pada tim yang ada.
Penting bagi organisasi untuk membangun tim yang beragam, termasuk demografi yang sama dengan penyerang dunia maya, untuk memenuhi tantangan keamanan dan privasi saat ini.[]