Tuntutan Hapus Konten Terlarang Dipenuhi, Rusia Tak Jadi Blokir Twitter

Twitter | Foto: Unsplash

Cyberthreat.id – Ketegangan Rusia dengan Twitter akhirnya berakhir. Rusia memutuskan tak memblokir platform jejaring sosial yang didirikan, salah satunya oleh Jack Dorsey pada 2006 itu.

Twitter telah memenuhi tuntutan regulator setempat, Federal Service for Supervision of Communication, Information Technology, and Mass Media (atau dikenal dengan Roskomnadzor) untuk menghapus lebih dari 90 persen konten terlarang di situs webnya.

Roskomnadzor pun akan membuka pelambatan kecepatan akses ke Twitter untuk desktop, tapi untuk aplikasi seluler masih mengalam pelambatan lalu lintas, demikian seperti dikutip dari TASS, Senin (17 Mei 2021).

“Saat ini masih 563 unggahan dengan konten pornografi anak, narkoba, dan bunuh diri serta seruan kepada anak di bawah umur untuk unjuk rasa ilegal juga konten ekstremis dan terlarang lain di wilayah Federal Rusia belum dihapus,” ujar Roskomnadzor.

Badan pengawas tersebut mengatakan, pelambatan akses akan dicabut sepenuhnya jika Twitter menghapus semua materi terlarang yang diidentifikasi dan menanggapi persyaratan departemen selambat-lambatnya 24 jam sejak diterimanya.

Dalam surat kepada Roskomnadzor disebutkan bahwa Twitter berupaya memerangi konten terlarang dan akan melakukan tindakan yang diperlukan untuk menghapusnya.

Roskomnadzor pun memuji komitmen Twitter tersebut demi memenuhi persyaratan regulasi yang berlaku di Rusia.

Apa yang terjadi terhadap Twitter, kata Roskomnadzor, juga akan diperluas ke platform digital lain, seperti Facebook dan YouTube.

Masalah Twitter tersebut bermula pada 10 Maret lalu. Badan pengawas media mulai memperlambat kecepatan akses Twitter di Rusia karena layanan tersebut tidak menghapus konten yang dilarang di negara tersebut. Agensi berjanji untuk mengambil tindakan lebih lanjut untuk memengaruhi jejaring sosial bahkan hingga memberlakukan blokir.

Pada 5 April, Roskomnadzor memutuskan untuk memperpanjang langkah-langkah perlambatan hingga 15 Mei. Keputusan itu dibuat setelah jejaring sosial memulai dialog dan menghapus sebagian besar konten terlarang.

Roskomnadzor menuntut jejaring sosial tersebut menghapus lebih dari 4.100 konten terlarang yang diidentifikasi sejak 2017. Selain itu, sejak dimulainya perlambatan lalu lintas layanan, sekitar 1.800 unggahan terlarang baru juga telah diidentifikasi.[]