Ancaman Siber

Pertahanan Siber Jadi Perhatian Dua Kubu Capres

Ilustrasi cybersecurity (Freepik)

Jakarta, Cyberthreat.id – Kedua kubu capres sama-sama memberikan perhatian terhadap keamanan dan ketahanan ruang siber. Hal itu diungkapkan usai debat capres-cawapres di Jakarta, Sabtu (30/3/2019) dengan tema ideologi, pemerintahan, keamanan dan hubungan internasional yang berlangsung .

Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin, Johnny G Plate mengatakan pertahanan siber sangat diperlukan. Menurut dia, keamanan siber menjadi salah satu gerbang informasi dan ekonomi menuju masa depan.

“Ya jelas dong kita perlu keamanan siber, tadi juga disebutkan pertahanan radar-radar juga kita perlu. Dalam rangka apa itu? Karena sekarang banyak sumber informasi itu di sana,” kata Johnny kepada wartawan usai debat.

Indonesia, kata dia, akan kesulitan jika tidak menguasai teknologi siber. Menurut Johnny komitmen capres 01 Joko Widodo terhadap dunia siber terlihat saat mendirikan Badan Siber dan Sandi Negara tahun 2017.

“Kalau tidak menguasai teknologi siber ya susah karena perang ke depan salah satunya seperti itu.”

Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan pertahanan siber merupakan salah satu fokus skema pertahanan nasional jika pasangan nomor urut 02 memenangi kontestasi Pilpres 2019.

Skema pertahanan siber, kata dia, telah disinggung Prabowo di debat capres kedua saat membahas unicorn yang terkoneksi dengan big data. Hanya saja, Prabowo waktu itu lebih mengutamakan penguasaan siber dan ekonomi digital oleh anak negeri yang dilindungi negara.

“Karena bicara siber itu terkait erat dengan kepentingan nasional ke depan,” kata Dahnil.

Ia juga menyinggung data-data siber seperti persoalan keamanan data pribadi yang bisa disalahgunakan untuk kepentingan negara lain.

Menurut dia, pertahanan bukan saja alat utama sistem pertahanan (Alutsista) tetapi juga mempersiapkan komponen pertahanan dunia siber lewat koordinasi lembaga terkait.

“Persis seperti skema pertahanan militer yang asli. Artinya pertahanan siber dipersiapkan karena perang ke depan salah satunya siber,” ujar dia.

Dahnil juga menyinggung ketahanan pangan yang bisa dihubungkan dengan kemajuan teknologi digital. Menurut dia, skema ketahanan pangan termasuk meningkatkan produksi pangan lewat pemanfaatan teknologi dan digitalisasi.

Prabowo-Sandi, kata dia, punya konsep digital farming dan digital fisheringyang menggabungkan informasi Artificial Intelegence, Big Data dan Connectivity. Menurut rilis The Economist, ujar Dahnil, ketahanan pangan Indonesia lemah sehingga produksinya harus digenjot.

“Produksi pangan bisa ditingkatkan dengan memanfaatkan teknologi digital,” ujarnya.