CFO Huawei Meng Wanzhou Mencari Keadilan Hadapi Amerika, Kanada Disebut Hancurkan Bukti
Cyberthreat.id - Setelah lebih dua tahun ditangkap oleh otoritas Kanada atas pemerintah Amerika Serikat, hinggi kini Chief Finance Officer (CFO) Huawei Meng Wanzhou masih berupaya mendapatkan keadilan. Ia melawan keinginan Amerika Serikat (AS) yang ingin memboyong Meng dari Kanada.
Terbaru, pada hari Rabu (16 Maret 2021), pengacaranya, Tony Paisana, mendaftarkan berbagai pelanggaran terkait penangkapan Meng. Dilansir dari Channel News Asia, Jumat (19 Maret 2021), menurut pengacara Meng, otoritas Kanada telah menghancurkan alat bukti, dengan mengatakan polisi federal menghapus email dan komputer seorang perwira senior yang terlibat dalam kasus ekstradisi.
Meng, yang juga putri sulung pendiri Huawei Ren Zhengfei, menghadapi tuduhan AS yang menyebutnya terlibat penipuan bank dan konspirasi terkait dengan dugaan pelanggaran sanksi AS terhadap Iran oleh anak perusahaan Huawei. Meng dan Huawei menyangkal telah melakukan kesalahan.
Dalam dokumen pengadilan, pengacaranya menuduh Kanada melanggar hak Meng ketika Royal Canadian Mounted Police (RCMP) menghapus file komputer, pesan teks dan email dari sersan staf Ben Chang setelah dia pensiun dari kepolisian pada 2019.
Chang mengirim email ke Federal Bureau of Investigatioan (FBI) AS setelah penangkapan Meng, yang menurut pengacaranya berisi kode sandi dan nomor seri perangkat elektroniknya secara tidak benar.
Jaksa Agung Kanada membantah tuduhan tersebut. "Tidak ada bukti bahwa RCMP atau Badan Layanan Perbatasan Kanada (CBSA) terlibat dalam penghancuran bukti sistemik," kata kantor itu dalam pengajuan pengadilan.
Chang, yang pensiun untuk bekerja di Wilayah Administratif Khusus Makau, China, bersumpah dalam pernyataan tertulis bahwa dia tidak pernah mengirim informasi perangkat Meng ke otoritas AS.
Ketika dipanggil untuk bersaksi, Chang menolak hadir. Itulah sebabnya, pengacara Meng menyebutnya sebagai sesuatu yang tidak dapat dipertahankan. "Penghancuran bukti ini menimbulkan pelanggaran terpisah terhadap hak-hak Meng," kata pengacaranya.
"Ini dilakukan pada saat RCMP dan (Departemen Kehakiman AS) diberi tahu tentang relevansi Sersan Chang dengan persidangan."
Penyitaan ponsel Meng dan perangkat lain selama penahanan di bandara Vancouver pada 1 Desember 2018 menjadi subyek dalam persidangan ekstradisi minggu ini di Mahkamah Agung British Columbia. Apalagi pada saat penyitaan, otoritas Kanada memasukkan tas plastik tanpa memeriksanya. Bahkan mereka baru meminta password piranti milik Meng setelah interogasi selesai.
Salah satu pengacaranya, Mona Duckett, menuduh penjaga perbatasan Kanada dan polisi federal bersekongkol untuk mendapatkan telepon dan kode sandi Meng atas perintah FBI, dan bea cukai atau imigrasi tidak memiliki alasan yang sah untuk melakukannya.
Kanada membantah melanggar hak Meng. Pengacara pemerintah telah meminta hakim untuk membuang tuduhan, yang mereka katakan "hanya didukung oleh spekulasi dan sindiran," dan melanjutkan ke ekstradisi.
Kasus Meng akan diputuskan apakah akan dibebaskan, atau dikirim ke New York untuk diadili.
***
Dalam permintaan penangkapan Meng yang diterima polisi Kanada, AS menggambarkan perjalanan Meng ke Vancouver sebagai kesempatan "sekali seumur hidup" untuk menangkapnya.
Padahal, menurut pengacaranya, Meng telah enam kali berkunjung ke Kanada selama 2018. Pada tahun yang sama, dia juga telah berkunjung ke sejumlah negara lain yang memiliki perjanjian ekstradisi dengan AS.
Penangkapan Meng di Kanada atas permintaan Amerika, terjadi di tengah persaingan dagang antara AS dan China. Sejak 2012, di bawah Presiden Obama, Komite Intelijen AS dalam laporannya menuduh teknologi Huawei dapat dipakai untuk memata-matai AS, termasuk perusahaan dan individunya. Alasan itulah yang digunakan AS membatasi teknologi Huawei, juga mengajak sejumlah negara sekutu melakukan hal serupa.
Di sisi lain, sanksi itu, terasa kentara dengan aroma persaingan dagang. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan teknologi China telah menantang dominasi AS di bidang teknologi lewat Google, Apple, dan perusahaan teknologi lain yang berbasis di Silicon Valley.
Di masa pemerintahan Donald Trump, pandangan anti-China terus digaungkan. Trump melanjutkan serangkaian pembatasan tarif terhadap China sebagai tindakan balasan atas dugaan praktik perdagangan tidak adil. Komisi Komunikasi Federal AS menyatakan Huawei sebagai ancaman nasional.
Pada Mei 2019, Trump meneken perintah eksekutif untuk melarang semua perusahaan Amerika bermitra dengan perusahaan China, termasuk Huawei dan ZTE.
Tak sampai di situ, Huawei kemudian dilarang digunakan di jaringan komunikasi AS atau aplikasi yang dikembangkan oleh Apple atau Google. Perintah itu diperpanjang hingga Mei tahun ini.
Larangan itu berlaku untuk pengembangan dan penjualan peralatan 5G, salah satu keunggulan teknologi Huawei yang memainkan peran kunci untuk menyediakan teknologi baru.
Namun, hingga kini Amerika belum memperlihatkan bukti-bukti kuat bahwa teknologi Huawei dipakai untuk kepentingan memata-matai AS. Sedangkan Huawei berulangkali membantah tuduhan ini dalam berbagai kesempatan.
***
Saat ditangkap oleh polisi Kanada pada 1 Desember 2018 ketika transit terakhir di Bandara Internasional Vancouver, Meng sedang dalam perjalanan ke Amerika Latin. Selama tiga jam diinterogasi, Meng tanpa didampingi pengacara dan tidak mendapat penjelasan apa pun tentang alasan penangkapannya.
Belakangan, barulah dia diberitahu bahwa dia didakwa atas tuduhan penipuan dan konspirasi. Meng dituding berbohong kepada bank tentang hubungan bisnis Huawei dengan Iran, salah satu negara yang mendapat sanksi dari Amerika. Huawei, Meng, dan China telah membantah tudingan itu.
Terhitung sejak penangkapan itu, Meng sudah dua tahun empat bulan dikurung di rumahnya di Vancouver, sembari memperjuangkan keadilan.
Lewat pengacaranya, Meng mengatakan permintaan ekstradisi dirinya ke Amerika akan mencemari sistem peradilan Kanada, serta bertentangan dengan hukum internasional sehubungan dengan yurisdiksi lengan panjang.
Trump sendiri, sebelum masa jabatannya berakhir,pernah menyatakan bersedia campur tangan dalam kasus Meng, sesuatu yang mengindikasikan penangkapan Meng tampak seperti alat tawar-menawar dalam kebuntuan perdagangan China – AS.
Sementara di Kanada, pengacara Meng, Tony Paisana mengatakan,"di hampir setiap kesempatan, pihak berwenang Kanada lebih memprioritaskan permintaan AS daripada hak Meng." Ditambah lagi dengan mengulur-ulur waktu penahanan Meng. []