Jangan Bucin, Rp4,2 Triliun Melayang karena Cinta Palsu di Internet
Cyberthreat.id - Kata orang, cinta itu menyakitkan. Apalagi jika menjadi korban penipuan atas nama cinta, sakitnya bisa dua kali lipat. Sudahlah hati hancur, isi dompet pun dikuras habis.
Laporan terbaru dari Komisi Perdagangan Federal (FTC) Amerika Serikat menyebutkan, selama tiga tahun berturut-turut, orang-orang telah melaporkan kehilangan lebih banyak uang untuk penipuan asmara daripada jenis penipuan lain.
Menurut FTC, pada 2020 kerugian yang dilaporkan akibat penipuan dengan modus cinta mencapai rekor terbaru yaitu sebesar US$ 304 juta (setara Rp4,2 triliun). Jumlah ini naik 50 persen dibanding tahun 2019. Per orang, rata-rata mengalami kerugian sebesar US$ 2.500 atau setara hampir Rp35 juta.
"Dari 2016 hingga 2020, kerugian dolar total dilaporkan meningkat lebih dari empat kali lipat, dan jumlah laporan hampir tiga kali lipat," kata FTC seperti dilansir ZDnet, Selasa (16 Februari 2021).
Lonjakan penipuan bermodus asmara dari tahun ke tahun | Sumber: FTC
FTC meyakini lonjakan kerugian pada 2020 terkait dengan pandemi Covid-19 yang membatasi orang-orang bertemu langsung dan membuat orang-orang menggunakan komunikasi jarak jauh secara online, termasuk mencari cinta di aplikasi kencan.
Dalam kebanyakan kasus, setelah mencoba mencuri hati mangsanya, penipu akan melancarkan rayuan agar korban mengirimkan uang kepadanya dengan berbagai bujuk rayu. Modus lainnya, penipu mengirimkan uang kepada korban, lalu meminta diteruskan ke rekening lain dan meminta dibantu agar jumlahnya ditambahkan dengan alasan uang yang dikirim itu tidak cukup.
"Penipu mengklaim telah mengirim uang untuk alasan yang tidak wajar, dan kemudian mengarang cerita mendetail tentang mengapa uang itu perlu dikirim kembali kepada mereka atau ke orang lain. Korbannya mengira mereka membantu seseorang yang mereka sayangi, tetapi mereka mungkin sebenarnya mencuci dana yang dicuri, "kata FTC.
"Bahkan, banyak yang melaporkan bahwa uang yang mereka terima dan teruskan ternyata adalah tunjangan pengangguran yang dicuri."
Selain itu, FTC juga memperingatkan bahwa banyak penipuan asmara tidak selalu dimulai di aplikasi kencan tetapi juga di jaringan media sosial.
"Pengguna media sosial ini tidak selalu mencari cinta, dan melaporkan bahwa penipuan sering kali dimulai dengan permintaan pertemanan atau pesan yang tidak terduga," kata FTC.
"Cepat atau lambat, para penipu ini selalu meminta uang. Mereka mungkin mengatakan itu untuk kartu telepon untuk terus mengobrol. Atau mereka mungkin mengklaim itu untuk keadaan darurat medis, dengan COVID-19 sering ditaburkan ke dalam cerita duka mereka. Ceritanya tidak ada habisnya, dan dapat menciptakan kondisi darurat yang mendorong orang untuk mengirim uang berulang kali," tambah FTC.
Bentuk transfer uang yang paling umum dari korban adalah kartu hadiah, yang mengalami lonjakan 70% dari 2019, diikuti oleh transfer kawat.
Menurut FTC, semua kelompok usia menjadi sasaran tahun lalu, dan bukan hanya orang tua. Korban berusia 40 hingga 69 tahun menjadi sasaran paling banyak, korban berusia di atas 70 melaporkan kerugian rata-rata tertinggi (US$ 9.475), tetapi lonjakan laporan dan jumlah kerugian rata-rata juga terjadi pada kelompok usia lain.
Badan pemerintah AS mendesak pengguna untuk membagikan Panduan Penipuan Asmara dengan teman atau anggota keluarga yang rentan sebagai cara untuk mengurangi efektivitas penipuan ini di masa mendatang.
Pelajaran penting dari kasus ini: jangan jadi budak cinta alias bucin, ya. Sebab, kalau jadi korban penipuan dengan modus cinta begini, sakitnya bisa dua kali lipat. Sebaiknya, jaga dompet Anda, seperti Anda menjaga hati.[]