CEO Apple Tingkatkan Perselisihan dengan Facebook terkait Data Pribadi Pengguna
Cyberthreat.id - CEO Apple Tim Cook melontarkan sindiran terhadap Facebook dan perusahaan media sosial lainnya pada Kamis kemarin (28 Januari 2021), terkait rencana Apple mengumumkan data apa saja milik pengguna yang digunakan sebuah aplikasi untuk mengirimkan iklan tertarget ke pengguna. Setelah diumumkan, pengguna bisa memilih untuk menyetujuinya atau tidak.
Berbicara di Konferensi Internasional tentang Komputer, Privasi dan Perlindungan Data yang digelar secara virtual, Tim Cook menyindir algoritma yang diterapkan perusahaan media sosial yang menyodorkan rekomendasi konten kepada penggunanya berdasarkan apa yang disukai.
Sebagai contoh, seseorang yang menyukai teori konspirasi, maka algoritma akan terus-menerus menyajikan konten serupa kepada pengguna. Begitu juga dengan iklan yang tertarget, disajikan ke pengguna berdasarkan riwayat penjelajahan onlinenya.
Menurut Tim Cook, cara-cara seperti itu mendatangkan banyak konsekuensi, bahkan bisa berlanjut ke tindak kekerasan di dunia nyata.
“Terlalu banyak yang masih mengajukan pertanyaan 'berapa banyak yang bisa kita dapatkan?' Ketika kita harus bertanya 'apa konsekuensinya?'” kata Cook seperti dilansir Associated Press.
“Apa konsekuensi dari tidak hanya menoleransi tetapi juga menghargai konten yang merusak kepercayaan publik pada vaksinasi yang menyelamatkan jiwa? Apa konsekuensi melihat ribuan pengguna bergabung dengan kelompok ekstremis dan kemudian mengabadikan algoritma yang merekomendasikan lebih banyak lagi?” kata Cook.
Cook menambahkan, sudah saatnya berhenti berpura-pura tidak tahu konsekuensi yang muncul.
"Saatnya untuk berhenti berpura-pura bahwa pendekatan ini tidak datang dengan biaya - polarisasi di masyarakat, kehilangan kepercayaan dan ya, kekerasan," ujarnya.
Cook tidak secara spesifik menyebutkan nama Facebook atau perusahaan lain. Namun, pernyataan itu seperti tembakan ke perusahaan media sosial yang telah dikritik karena memungkinkan teori konspirasi, ujaran kebencian, dan informasi yang salah yang memicu konflik politik.
“Dilema sosial tidak boleh dibiarkan menjadi bencana sosial,” tambah Cook, merujuk pada film dokumenter Netflix tentang efek korosif teknologi - dan terutama media sosial - pada masyarakat.
Film itu membidik Facebook dan bagaimana algoritmanya memanipulasi hampir 3 miliar penggunanya untuk membuat mereka melihat iklan yang merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Facebook.
Pernyataan Cook itu dilontarkan saat Apple bersiap meluncurkan fitur pengontrol privasi baru di iOS 14 untuk mencegah aplikasi-aplikasi di iPhone diam-diam mengikuti penggunanya: mengintip apa saja situs web yang dijelajahi, kata kunci apa yang dicari di Google, atau lokasi mana yang sering dikunjungi. Berdasarkan data-data itu, aplikasi kemudian menyajikan iklan dan rekomendasi konten berdasarkan minat pengguna.
Rencana itu semula akan diterapkan September tahun lalu, namun dimundurkan ke ke musim semi tahun ini atau antara Maret hingga Mei 2021 untuk memberi waktu bagi pembuat aplikasi membuat penyesuaian.
Pemberitahuan bagi Apple untuk pengguna iOS 14 yang mengungkap data apa saja milik pengguna yang diakses aplikasi
Facebook sendiri sebelumnya telah memprotes rencana Apple untuk mencegah pelacakan diam-diam oleh aplikasi. Facebook mengklaim rencana Apple itu dapat merusak usaha kecil yang beriklan di platformnya.
Apple memberitahu dan meminta persetujuan atas pelacakan yang dilakukan sebuah aplikasi yang berjalan di perangkat produk Apple seperti iPhone dan iPad
Bulan Desember lalu, Facebook beriklan satu halama penuh di surat kabar besar yang mengatakan mereka melawan Apple untuk bisns kecil. Sebab, menurut Facebook, pedagang kecil akan sulit menjangkau pelanggan yang tepat jika mereka tidak dapat menargetkan meeka berdasarkan data prilaku mereka di internet.
Diketahui, pada bulan Desember, perusahaan mengeluarkan iklan satu halaman penuh di surat kabar besar yang menyatakan bahwa mereka "membela Apple untuk bisnis kecil," dengan alasan bahwa pedagang akan lebih sulit menjangkau pelanggan yang tepat jika mereka tidak dapat menargetkan mereka berdasarkan data perilaku mereka.
Organisasi nirlaba Electronic Frontier Foundation (EFF) yang berbasis di California, menyebut klaim Facebook itu layak ditertawakan. Sebab, menurut EFF, bisnis Facebook sendirilah yang terganggu karena kebijakan baru Apple itu.
Pada hari Rabu, CEO Mark Zuckerberg mempertanyakan motif Apple untuk perubahan tersebut, mengatakan bahwa pembuat iPhone "memiliki setiap insentif" untuk menggunakan platform selulernya sendiri untuk mengganggu saingannya dengan aplikasi perpesanannya sendiri.
“Apple mungkin mengatakan bahwa mereka melakukan ini untuk membantu orang, tetapi langkah tersebut jelas melacak kepentingan kompetitif mereka,” kata Zuckerberg.
Protes Mark cukup beralasan, mengingat WhatsApp baru akan memulai mencari uang di platformnya dengan menawarkan produk untuk dibeli pengguna dan menyelesaikan pembayaran secara langsung di platformnya. Untuk tujuan itu, baru-baru ini WhatsApp bahkan memaksa pengguna menyetujui data pribadinya dibagikan ke perusahaan di bawah Facebook tanpa menyediakan opsi menolak.
Data pengguna yang dikumpulkan WhatsApp dan Facebook
Pengguna yang keberatan, malah diancam tidak bisa lagi menggunakan WhatsApp. Belakangan, langkah itu menjadi blunder. Sebagian pengguna yang marah beralih ke aplikasi pesan lain seperti Signal dan Telegram.
Perbandingannya dengan Signal dan Telegram
Karena itu, kebijakan baru Apple ini diyakini akan berdampak besar bagi bisnis iklan Facebook. WhatsApp kemudian menunda kebijakan privasi terbarunya yang semula akan diberlakukan mulai 8 Februari 2021, dan menggesernya ke bulan Mei. (Lihat: Alfons Vaksincom: Metadata yang Dikumpulkan WhatsApp adalah Data Berharga, Bisa Jadi Mesin Uang)
Google -- yang juga mengandalkan data pribadi untuk memberdayakan jaringan iklan terbesar di internet -- belum bergabung dengan Facebook untuk mengkritik Apple. Google mendapat keuntungan dari menjadi mesin pencari default di iPhone dengan membayar Apple sekitar $ 9 miliar hingga $ 12 miliar setiap tahun.
Namun Google memperingatkan dalam posting blog pada hari Rabu bahwa kontrol baru Apple akan berdampak signifikan pada pendapatan iklan dari aplikasi lain di jaringan digitalnya. Google mengatakan "segelintir" aplikasi iPhone-nya sendiri akan terpengaruh oleh persyaratan baru itu, tetapi berencana mengubahnya sehingga tidak akan terpengaruh oleh kontrol baru Apple.
“Kami tetap berkomitmen untuk melestarikan ekosistem aplikasi yang dinamis dan terbuka tempat orang-orang dapat mengakses berbagai konten yang didukung iklan dengan keyakinan bahwa privasi dan pilihan mereka dihormati,” tulis Christophe Combette, manajer produk untuk Google Ads.[]