Adobe Flash Player Belum Benar-benar Mati, Bangkit Lagi di Afsel dan China

Adobe Flash Player | Foto: chromeunboxed.com

Cyberthreat.id –  Pada 12 Januari lalu, para pengguna South African Revenue Service (SARS) tak bisa mengakses pengajuan pajak apa pun di portalnya. Melalui akun Twitter-nya, badan pemungut pajak di Afrika Selatan itu memberitahu bahwa telah terjadi gangguan di layanan pajaknya.

Hari itu bersamaan dengan “kematian” Adobe Flash Player secara permanen. Dan, itulah masalah yang dihadapi portal SARS lantaran formulir unggahan pajak di webnya dari awal dirancang berbasis Flash.

Padahal, Flash Player tak lagi mendapatkan dukungan dari pengembangnya, Adobe, per 31 Desember 2020—sebagai masa akhir pakainya. Adobe juga memblokir segala konten Flash agar tak bisa dipakai per 12 Januari 2021.

Sejak lama sebetulnya Adobe telah memberitahu kepada pelanggannya terkait rencana “membunuh” aplikasi yang pada masanya diadopsi oleh banyak peramban web. Namun, sejak para peretas menyalahgunakan konten Flash untuk serangan siber, browser-browser besar, seperti Chrome, Firefox, dan Safari mulai menyingkirkanya. Dan, alasan keamanan itu pulalah yang diambil Adobe untuk mengakhiri masa hidup Adobe Flash Player.

Dengan matinya Flash Player, pengembang atau banyak perusahaan yang tadinya mengandalkan aplikasi tersebut harus beralih ke formulir web berbasis HTML.

Sayangnya, SARS memilih untuk mengabaikan saran Adobe soal aplikasi Flash-nya itu. Padahal beralih ke bentuk HTML dan Java Script dasar adalah proses yang sepele bagi pengembang web, tulis ZDNet, diakses Rabu (27 Januari 2021).

Alih-alih mengubah formulir ke versi HTML, badan pajak Afsel itu justru membuat sebuah keputusan yang mengejutkan—ZDNet menuliskan keputusan itu sebagai “sejarah keputusan TI yang buruk”—karena merilis browser sendiri untuk tetap mendukung Flash.

Dirilis pada Senin (25 Januari) di situs web resminya, SARS eFiling Browser baru itu berbasis Chromium yang dipreteli dan memiliki dua fitur yaitu mengaktifkan kembali dukungan Flash dan mengizinkan pengguna mengakses situs web SARS eFiling.

Berisikokah?

Chris Peterson, ahli perangkat lunak di Mozilla— pengembang peramban Firefox—pun turut berkomentar terkait peramban baru itu.

Menurut dia, peramban SARS hanya memungkinkan pengguna mengakses situs web resmi SARS. Dengan begitu, hal ini agak mengurangi risiko pengguna terinfeksi malware yang mengeksploitasi Flash ketika berkunjung ke portal SARS.

Peramban itu juga hanya untuk komputer Windows, tidak mendukung untuk sistem operasi lain, seperti macOS, Linux, dan pengguna seluler.

Namun, terlepas dari respons tak terduga itu, SARS hanyalah pencilan (outlier) di saat sebagian besar perusahaan telah meninggalkan Adobe Flash.

Kejadian di China

Yang dialami SARS hampir mirip di China, tepatnya di sebuah kota Dalian.

Dalian pun menjadi perbincangan di media sosial, Weibo dan WeChat. Disebutkan bahwa Departemen Layanan Kereta Dalian terpaksa menghentikan operasional kereta.

WIRED, berita teknologi AS juga ikut memberitakan. Diberitakan, bagian TI harus berjuang selama 20 jam untuk memperbaiki sistem elektronik internalnya yang mengalami gangguan.

Dalam laporan itu, sistem internal operator yang dibangun berbasis Flash tak bisa berfungsi, sehingga tak bisa memuat detail jadwal kereta api. Tak hanya itu, proses cetak data kereta dari aplikasi web juga tak bisa dilakukan.

Muncul berita klarifikasi dari media China dari situs web 163.com yang membantah bahwa lalu lintas kereta berhenti gara-gara kematian Flash. Dalam klarifikasinya, departemen kereta api itu mengatakan, operasi dan sistem pengiriman kereta api masih berjalan normal saat kejadian.

“Departemen kereta api menyatakan bahwa bukan sistem kereta api yang terpengaruh oleh penonaktifan Flash, tetapi beberapa komputer yang baru dibeli dan dipasang dengan versi Flash terbaru tidak dapat mengakses program statistik lalu lintas melalui browser,” tulis 163.com.

Program berbasis Flash bernama Ghost milik Departemen Layanan Kereta Dalian itu dikembangkan lebih dari 10 tahun yang lalu--saat itu aplikasi Flash masih merupakan teknologi yang canggih--bahkan, pengembang programnya pun sudah tidak ada lagi.

Menurut WIRED dan 163.com, untuk menstabilkan sistem akhirnya tim TI operator kereta terpaksa kembali ke Flash versi lama dan memodifikasi agar bisa berjalan di semua versi Windows.

“Lebih dari dua puluh jam pertarungan. Tidak ada yang mengeluh. Tidak ada yang menyerah. Dalam memecahkan masalah Flash, kami mengubah sekilas harapan menjadi bahan bakar untuk kemajuan,” tulis pejabat dalam post mortem, pernyataan sesudah kejadian, sebagaimana diterjemahkan oleh jurnalis Tony Lin untuk WIRED.

Sistem statistik itu akhirnya di-upgrade ke versi Flash Player yang ditawarkan Adobe hanya khusus di China. Artinya, perangkat lunak tersebut tetap bekerja di luar masa akhir Flash.

China Daratan adalah satu-satunya wilayah di dunia, di mana Flash akan tetap tersedia secara resmi melalui distributor yang bermitra dengan Adobe sejak 2018. Namun, beberapa pengguna mengeluhkan masalah dengan versi khusus bahasa China dari program tersebut, tulis WIRED.

Insiden SARS dan operator kereta api Dalian menunjukkan bahwa Flash belum benar-benar mati—ibarat makhluk yang bangkit dari kematiannya: zombie![]