Tentang Meng Wanzhou
Polisi Kanada yang telah pensiun itu tidak hadir di pengadilan, tetapi mengirimkan pernyataan tertulis yang membantah telah membagikan informasi ke FBI.
Pengacara Meng Wanzhou Huawei Tantang Bantahan Polisi Kanada Soal Bagikan Informasi ke FBI

Polisi Kanada yang telah pensiun itu tidak hadir di pengadilan, tetapi mengirimkan pernyataan tertulis yang membantah telah membagikan informasi ke FBI.

Yuswardi A. Suud | Selasa, 23 Maret 2021 - 19:20 WIB

Cyberthreat.id - Pengacara kepala keuangan Huawei Meng Wanzhou yang sedang menghadapi sidang ekstradisi di Kanada menyorot penolakan seorang pensiunan polisi Kanada untuk bersaksi di pengadilan. Menurutnya, itu belum pernah terjadi sebelumnya dan meminta hakim meragukan pernyataan tertulis polisi itu yang mengklaim tidak berbagi informasi dengan Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI).

Meng, yang juga putri pendiri Huawei, ditangkap di bandara Vancouver Kanada pada akhir 2018 atas permintaan Amerika yang menginginkan Meng diekstradisi ke Amerika untuk menghadapi tuduhan penipuan.

Amerika menuduh Huawei menggunakan perusahaan cangkang Hong Kong bernama Skycom untuk menjual peralatan ke Iran yang melanggar sanksi AS. Dikatakan Meng melakukan penipuan dengan mengelabui bank HSBC tentang urusan bisnis perusahaan di Iran. Sebagian besar kasus berpusat pada presentasi PowerPoint bulan Agustus 2013 yang ditujukan kepada seorang eksekutif HSBC saat makan siang di Hong Kong.

Penangkapan itu membuat marah Beijing, yang melihat kasusnya sebagai langkah politik yang dirancang untuk mencegah kebangkitan China.

Pengacara Meng mengklaim upaya ekstradisi Meng ke Amerika harus dihentikan karena penangkapannya tidak sesuai prosedur. Menurutnya, saat Meng ditangkap, petugas Badan Layanan Perbatasan Kadana menahan dan menanyainya tanpa didampingi pengacara, menyita perangkat elektriknya dan memasukkannya ke dalam tas khusus untuk mencegah tidak ada yang dihapus dari perangkat itu, serta memaksanya menyerahkan kode sandi perangkat sebelum penangkapan resmi.

Pengacara Meng mengatakan memiliki hak untuk menantang pernyataan tertulis dari mantan Sersan Polisi Berkuda Kanada (RCMP), Beng Chang, yang mengatakan dia tidak membagikan informasi yang diambil dari perangkat elektronik Meng dengan FBI.

Chang, yang kini tinggal di Makau, telah menyewa pengacara, dan menolak bersaksi. RCMP menghancurkan semua email dan pesan teks Chang begitu dia pensiun.

Pengacara pembela, Scott Fenton, mengatakan ada nilai kejutan tertentu dalam gagasan bahwa seorang perwira polisi senior  menolak untuk diperiksa silang.

Chang adalah saksi terpenting dalam masalah pengumpulan dan berbagi informasi dengan FBI, kata Fenton.

"Penolakannya untuk bersaksi secara langsung memengaruhi kemampuan kami untuk memeriksanya tentang masalah apakah nomor seri perangkat klien kami dibagikan," kata Scott Fenton, seperti dilansir Business Standard, Selasa (23 Maret 2021)

Fenton berkata Hakim Heather Holmes yang menangani kasus itu seharusnya tidak bergantung pada pernyataan tertulis Chang.

Penghancuran informasi Chang setelah dia pensiun terjadi bahkan setelah pembela Chang memberi tahu Jaksa Agung Kanada dan RCMP tentang kemungkinan relevansi materi tersebut, kata Fenton.

"Ini adalah bukti kelalaian yang tidak bisa diterima," katanya.

Meng hadir di sidang tidak lagi mengenakan perban besar yang menutupi jari tengah di tangan kanannya dan dengan gelang pengawas di pergelangan kakinya. Meng dikenakan status tahanan rumah di Vancouver.

Pengacara Meng akan kembali ke pengadilan bulan depan dengan alasan bahwa AS melebihi batas yurisdiksinya dengan menuntut warga negara asing atas tindakan yang terjadi di Hong Kong dan bahwa Kanada telah disesatkan oleh AS dalam kasus itu.

Awal bulan ini, pengacaranya mengatakan komentar yang dibuat oleh Presiden AS Donald Trump mengubah Meng menjadi alat tawar-menawar dan mengooptasi proses ekstradisi.[]

Pengacaranya menuduh Kanada melanggar hak Meng ketika Royal Canadian Mounted Police menghapus file komputer, pesan teks dan email dari sersan staf Ben Chang
CFO Huawei Meng Wanzhou Mencari Keadilan Hadapi Amerika, Kanada Disebut Hancurkan Bukti

Pengacaranya menuduh Kanada melanggar hak Meng ketika Royal Canadian Mounted Police menghapus file komputer, pesan teks dan email dari sersan staf Ben Chang

Yuswardi A. Suud | Senin, 22 Maret 2021 - 09:31 WIB

Cyberthreat.id - Setelah lebih dua tahun ditangkap oleh otoritas Kanada atas pemerintah Amerika Serikat, hinggi kini Chief Finance Officer (CFO) Huawei Meng Wanzhou masih berupaya mendapatkan keadilan. Ia melawan keinginan Amerika Serikat (AS) yang ingin memboyong Meng dari Kanada. 

Terbaru, pada hari Rabu (16 Maret 2021), pengacaranya, Tony Paisana, mendaftarkan berbagai pelanggaran terkait penangkapan Meng. Dilansir dari Channel News Asia, Jumat (19 Maret 2021), menurut pengacara Meng, otoritas Kanada telah menghancurkan alat bukti, dengan mengatakan polisi federal menghapus email dan komputer seorang perwira senior yang terlibat dalam kasus ekstradisi.

Meng, yang juga putri sulung pendiri Huawei Ren Zhengfei, menghadapi tuduhan AS yang menyebutnya terlibat penipuan bank dan konspirasi terkait dengan dugaan pelanggaran sanksi AS terhadap Iran oleh anak perusahaan Huawei. Meng dan Huawei menyangkal telah melakukan kesalahan.

Dalam dokumen pengadilan, pengacaranya menuduh Kanada melanggar hak Meng ketika Royal Canadian Mounted Police (RCMP) menghapus file komputer, pesan teks dan email dari sersan staf Ben Chang setelah dia pensiun dari kepolisian pada 2019.

Chang mengirim email ke Federal Bureau of Investigatioan (FBI) AS setelah penangkapan Meng, yang menurut pengacaranya berisi kode sandi dan nomor seri perangkat elektroniknya secara tidak benar.

Jaksa Agung Kanada membantah tuduhan tersebut. "Tidak ada bukti bahwa RCMP atau Badan Layanan Perbatasan Kanada (CBSA) terlibat dalam penghancuran bukti sistemik," kata kantor itu dalam pengajuan pengadilan.

Chang, yang pensiun untuk bekerja di Wilayah Administratif Khusus Makau, China, bersumpah dalam pernyataan tertulis bahwa dia tidak pernah mengirim informasi perangkat Meng ke otoritas AS.

Ketika dipanggil untuk bersaksi, Chang menolak hadir. Itulah sebabnya, pengacara Meng menyebutnya sebagai sesuatu yang tidak dapat dipertahankan. "Penghancuran bukti ini menimbulkan pelanggaran terpisah terhadap hak-hak Meng," kata pengacaranya.

"Ini dilakukan pada saat RCMP dan (Departemen Kehakiman AS) diberi tahu tentang relevansi Sersan Chang dengan persidangan."

Penyitaan ponsel Meng dan perangkat lain selama penahanan di bandara Vancouver pada 1 Desember 2018 menjadi subyek dalam persidangan ekstradisi minggu ini di Mahkamah Agung British Columbia. Apalagi pada saat penyitaan, otoritas Kanada memasukkan tas plastik tanpa memeriksanya. Bahkan mereka baru meminta password piranti milik Meng setelah interogasi selesai.

Salah satu pengacaranya, Mona Duckett, menuduh penjaga perbatasan Kanada dan polisi federal bersekongkol untuk mendapatkan telepon dan kode sandi Meng atas perintah FBI, dan bea cukai atau imigrasi tidak memiliki alasan yang sah untuk melakukannya.

Kanada membantah melanggar hak Meng. Pengacara pemerintah telah meminta hakim untuk membuang tuduhan, yang mereka katakan "hanya didukung oleh spekulasi dan sindiran," dan melanjutkan ke ekstradisi.

Kasus Meng akan diputuskan apakah akan dibebaskan, atau dikirim ke New York untuk diadili.

***

Dalam permintaan penangkapan Meng yang diterima polisi Kanada, AS menggambarkan perjalanan Meng ke Vancouver sebagai kesempatan "sekali seumur hidup" untuk menangkapnya.

Padahal, menurut pengacaranya, Meng telah enam kali berkunjung ke Kanada selama 2018. Pada tahun yang sama, dia juga telah berkunjung ke sejumlah negara lain yang memiliki perjanjian ekstradisi dengan AS.

Penangkapan Meng di Kanada atas permintaan Amerika, terjadi di tengah persaingan dagang antara AS dan China. Sejak 2012, di bawah Presiden Obama, Komite Intelijen AS dalam laporannya menuduh teknologi Huawei dapat dipakai untuk memata-matai AS, termasuk perusahaan dan individunya. Alasan itulah yang digunakan AS membatasi teknologi Huawei, juga mengajak sejumlah negara sekutu melakukan hal serupa.

Di sisi lain, sanksi itu, terasa kentara dengan aroma persaingan dagang. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan teknologi China telah menantang dominasi AS di bidang teknologi lewat Google, Apple, dan perusahaan teknologi lain yang berbasis di Silicon Valley.

Di masa pemerintahan Donald Trump, pandangan anti-China terus digaungkan. Trump melanjutkan serangkaian pembatasan tarif terhadap China sebagai tindakan balasan atas dugaan praktik perdagangan tidak adil. Komisi Komunikasi Federal AS menyatakan Huawei sebagai ancaman nasional.

Pada Mei 2019, Trump meneken perintah eksekutif untuk melarang semua perusahaan Amerika bermitra dengan perusahaan China, termasuk Huawei dan ZTE.

Tak sampai di situ, Huawei kemudian dilarang digunakan di jaringan komunikasi AS atau aplikasi yang dikembangkan oleh Apple atau Google. Perintah itu diperpanjang hingga Mei tahun ini.

Larangan itu berlaku untuk pengembangan dan penjualan peralatan 5G, salah satu keunggulan teknologi Huawei yang memainkan peran kunci untuk menyediakan teknologi baru.

Namun, hingga kini Amerika belum memperlihatkan bukti-bukti kuat bahwa teknologi Huawei dipakai untuk kepentingan memata-matai AS. Sedangkan Huawei berulangkali membantah tuduhan ini dalam berbagai kesempatan.

***


Saat ditangkap oleh polisi Kanada pada 1 Desember 2018 ketika transit terakhir di Bandara Internasional Vancouver, Meng sedang dalam perjalanan ke Amerika Latin. Selama tiga jam diinterogasi, Meng tanpa didampingi pengacara dan tidak mendapat penjelasan apa pun tentang alasan penangkapannya.

Belakangan, barulah dia diberitahu bahwa dia didakwa atas tuduhan penipuan dan konspirasi. Meng dituding berbohong kepada bank tentang hubungan bisnis Huawei dengan Iran, salah satu negara yang mendapat sanksi dari Amerika. Huawei, Meng, dan China telah membantah tudingan itu.

Terhitung sejak penangkapan itu, Meng sudah dua tahun empat bulan dikurung di rumahnya di Vancouver, sembari memperjuangkan keadilan.

Lewat pengacaranya, Meng mengatakan permintaan ekstradisi dirinya ke Amerika akan mencemari sistem peradilan Kanada, serta bertentangan dengan hukum internasional sehubungan dengan yurisdiksi lengan panjang.

Trump sendiri, sebelum masa jabatannya berakhir,pernah menyatakan bersedia campur tangan dalam kasus Meng, sesuatu yang mengindikasikan penangkapan Meng tampak seperti alat tawar-menawar dalam kebuntuan perdagangan China – AS.

Sementara di Kanada, pengacara Meng, Tony Paisana mengatakan,"di hampir setiap kesempatan, pihak berwenang Kanada lebih memprioritaskan permintaan AS daripada hak Meng." Ditambah lagi dengan mengulur-ulur waktu penahanan Meng. []